I. PENDAHULUAN
Dengue
merupakan penyakit infeksi virus dengan perantara vektor nyamuk yang meluas
sangat cepat di seluruh dunia. Dalam 50 tahun terakhir, insidensinya meningkat
hingga 30 kali lipat disertai peningkatan ekspansi geografik ke negara-negara
baru dan pada dekade ini, berkembang dari kehidupan perkotaan hingga pedesaan.
Diestimasikan bahwa 50 juta infeksi dengue terjadi tiap tahunnya dan hampir 2,5
miliar individu yang tinggal di negara-negara endemik dengue.1
Gambar 1.
Negara-negara yang berada dalam risiko transmisi penyakit dengue1
Hingga
kini, tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, namun prinsip utama terapi
adalah terapi suportif, utamanya terapi rehidrasi dengan pemantauan yang ketat.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang
paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap terjaga,
terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan,
maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna. Dalam pemberian terapi cairan harus sesuai,
bila kurang, akan berakibat terjadinya syok dan dapat tidak tertolong, dan bila
berlebihan dapat menyebabkan volume
overload.1,2,4
Patogenesis
terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dan sindrom renjatan dengue.2,4
I.1.
Epidemiologi
Insidensi dengue telah meningkat
beberapa kali lipat dalam lima dekade terakhir pada tingkat yang perlu
diwaspadai (Rajapakse, 2012). Indonesia merupakan wilayah endemis dengan
sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga
15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.2
I.2.
Etiologi
Demam
dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang merupakan
anggota genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106. Virus ini memiliki 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotipe terbanyak.1-3
Penularan
infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina
yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan
air lainnya).3
I.3.
Patogenesis
Teori
yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah
hipotesis infeksi sekunder (secondary
heterologous infection theory).2
Gambar
2. Hipotesis Infeksi Sekunder 2
Menurut
hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte, 1977 (gambar 2), sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi pasien
akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan
menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit,
proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue.
Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya
mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular.
Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan
terdapatnya cairan dalam rongga serosa.2,3
I.4. Bahaya Demam Berdarah Dengue
Tanda kegawatan dapat
terjadi pada setiap fase perjalanan penyakit infeksi dengue, seperti berikut :
·
Tidak ada perbaikan klinis/perburukan
saat sebelum atau selama masa transisi ke fase demam/sejalan dengan proses
penyakit.
·
Muntah yang menetap, tidak mau minum.
·
Nyeri perut hebat.
·
Letargi dan/atau gelisah, perubahan
tingkah laku mendadak.
·
Perdarahan:epistaksis, melena, hematemesis,
menstruasi yang hebat, urine warna gelap (hemoglobinuria)/hematuria.
·
Pusing/perasaan ingin terjatuh.
·
Pucat, tangan-kaki dingin dan lembab.
·
Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam.5
I.5.
Peranan Rehidrasi Oral
Larutan
rehidrasi oral digunakan untuk penggantian oral elektrolit dan cairan pada
pasien dengan dehidrasi. Dosis larutan rehidrasi oral harus disesuaikan dengan
individu berdasarkan tingkat keparahan kondisi. Tujuan awal pengobatan adalah
untuk merehidrasi pasien, dan selanjutnya, untuk mempertahankan hidrasi dengan
mengganti kehilangan cairan lebih lanjut.
Harus diberikan sesering mungkin untuk orang-orang dengan mual dan anoreksia. Larutan
rehidrasi oral atau jus buah dapat diberikan untuk mencegah ketidakseimbangan
elektrolit.6
II.
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH
II.1.
Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler
adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu:cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.7
Gambar 3 : Komposisi Cairan Tubuh Manusia 7
Cairan
tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh
berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel
(cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang
meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang
mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen
tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan
transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak,
cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl-
terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan
intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya
paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.7
II.2. Pergerakan Cairan Tubuh
Cara Perpindahan
Cairan Tubuh :
1. Difusi.
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam
cairan, gas, atau zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi
bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh proses difusi air,
elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel.
Kecepatan proses difusi bervariaasi tergantung faktor ukuran molekul,
konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
2. Osmosis.
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan
lain, melalui membran semi permeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke
larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven
adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses
osmosis ini adalah penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
3. Transpor
Aktif.
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan
mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.
Proses ini penting untuk mempertahankan natrium
dalam cairan intra dan ekstrasel.8
II.3. Peranan dan Fungsi Ion serta Elektrolit
Beberapa
contoh kation dalam tubuh adalah Natrium (Na+),Kalium (K+),
Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah
Klorida (Cl-), HCO3-, H3PO4,SO4- Dalam keadaan
normal, kadar kation dan anion ini sama
besar sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan
ektrasel(cairan diluar sel), kation
utama adalah Na+, sedangkan anion utamanya adalah Cl-
Sedangkan di intrasel (di dalam sel) kation utamanya adalah kalium (K+).
Disamping sebagai pengantar aliran listrik, elektrolit juga mempunyai banyak
manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya :
-
Natrium (Na+).
Fungsinya sebagai penentu utama
osmolaritas dalam darah dan pengaturan volume ekstra sel. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau
minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi.
Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika
konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan
konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal
akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt.
-
Kalium (K+).
Fungsinya mempertahankan membran
potensial elektrik dalam tubuh. Kation
yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan
intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
-
Klorida (Cl-).
Fungsinya mempertahankan tekanan
osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan
kation dalam cairan ekstrasel.
-
Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling
banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi
jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
-
Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
Sangat penting untuk aktivitas enzim. Sumber magnesium didapat dari
makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5
mEq/lt.
-
Bikarbonat (HCO3ˉ ).
HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan
terdapat pada cairan ekstra sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah
regulasi keseimbangan asam basa. Natrium Bikarbonat diatur oleh ginjal.
-
Fosfat ( H3PO4).
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat,
pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.9
III.
PERANAN LARUTAN REHIDRASI ORAL (LRO).
III.1. Pertukaran / Pergerakan Cairan dan
Elektrolit Oral pada DBD
Pada
Demam berdarah dengue, terbentuk kompleks antibodi dalam sirkulasi darah,
terjadi pengaktifan sistem komplemen dan dilepaskannya anafilatoksin C3a, dan
C5a, melepaskan histamin yang bersifat vasoaktif, permeabilitas dinding
pembuluh darah yang menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.10
III.2. Sumber Cairan Internal dan Eksternal
Cairan dalam tubuh terdiri dari 60% cairan yang berasal dari air
(asupan cairan eksternal), 30% dari makanan padat, dan 10% dari hasil
metabolisme di dalam tubuh. Cairan internal bersumber dari hasil katabolime
glukosa yang memiliki produk akhir berupa karbondioksida dan air. Sedangkan
sumber cairan eksternal berasal dari asupan cairan langsung dan air yang terkandung
dalam bahan makanan, atau dari cairan yang diinfuskan secara intravena. 11
1)
Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada
diluar pembuluh darah dan plasma darah.
2)
Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga
khusus seperti dalam pleura, perikardium, cairan sendi, cairan
serebrospinalis.11
III.3.
Komposisi Larutan Rehidrasi Oral (LRO) yang Ideal
Tabel
1. Formula Larutan Rehidrasi Oral Menurut WHO dan UNICEF, Desember
2006 : 12
Komposisi
dalam Gram/Liter
|
|
%
|
Komposisi
dalam mmol/Liter
|
|
Natrium
Klorida
|
2,6
|
12.683
|
Natrium
|
75
|
Glukosa,
anhidrat
|
13,5
|
65.854
|
Klorida
|
65656 65
|
Kalium
Klorida
|
1,5
|
7,317
|
Glukosa,anhidrat
|
75
|
Trisodium
sitrat, anhidrat
|
2,9
|
14,146
|
Kalium
Sitrat
|
20
10
|
Total
|
20,5
|
100,00
|
Total Osmolaritas
|
245
|
Aspek
yang paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit selama episode akut. Hal ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang
harus dilakukan pada semua pasien, kecuali tidak dapat minum atau diare hebat
yang membahayakan jiwa, maka memerlukan rehidrasi intravena. Idealnya cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari : 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium
bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida dan 20 gram glukosa/liter air. Cairan
seperti itu tersedia secara komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan
dicampur air. Jika sediaan dalam komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral
pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula
per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti
kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak merasa haus
pertama kalinya.13
Adanya muntah bukan
merupakan kontraindikasi pemberian ORS, kecuali jika ada obstruksi usus, ileus,
atau kondisi abdomen akut, maka rehidrasi secara intravena menjadi alternatif
pilihan. Defisit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam dan ORS harus
diberikan dalam jumlah sedikit tetapi sering, untuk meminimalkan distensi
lambung dan refleks muntah. Secara umum, pemberian ORS sejumlah 5 mL setiap
menit dapat ditoleransi dengan baik. Jika muntah tetap terjadi, ORS dengan NGT (nasogastric tube) atau NaCl 0,9% 20-30
mL/kgBB selama 1-2 jam dapat diberikan untuk mencapai kondisi rehidrasi. Saat
pasien telah dapat minum atau makan, asupan oral dapat segera diberikan.
Dehidrasi ringan biasanya cukup dengan mengkomsumsi banyak cairan ditambah
dengan pemberian Cairan Rehidrasi oral (CRO) atau ORALIT. CRO diberikan
sebanyak 15-20 ml/kgBB/jam. Untuk mengganti cairan yang hilang. Makanan tidak
perlu dibatasi karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. 14
III.4. Sistem
Skoring Menghitung Dehidrasi :
Derajat
dehidrasi dapat dihitung dengan menggunakan skor WHO dibawah ini:
Tabel 2. Derajat Dehidrasi : 15
Yang
dinilai
|
SKOR
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Keadaan umum
|
Baik
|
Lesu/haus
|
Gelisah, lemas, mengantuk hingga
syok
|
Mata
|
Biasa
|
Cekung
|
Sangat cekung
|
Mulut
|
Biasa
|
Kering
|
Sangat kering
|
Pernapasan
|
< 30 x/menit
|
30-40 x/menit
|
> 40 x/menit
|
Turgor
|
Baik
|
Kurang
|
Jelek
|
Nadi
|
< 120 x/menit
|
120-140 x/menit
|
> 140 x/menit
|
Skor :
6
: tanpa dehidrasi
7 – 12
:
dehidrasi ringan-sedang
≥ 13
: dehidrasi berat.15
III.5. Indikasi Larutan Rehidrasi Oral :
LRO diindikasikan
pada DBD dehidrasi ringan-sedang yang masih mampu mentoleransi asupan cairan
peroral dan tanpa disertai muntah hebat. 16,17
III.6. Efek samping akibat penggunaan LRO :
Efek sampingnya
bisa termasuk muntah, tingginya kadar natrium dan kalium dalam darah. Jika
muntah terjadi disarankan agar penggunaan dijeda selama 10 menit dan kemudian
dimulai secara bertahap. Formulasi yang dianjurkan mengandung sejumlah natrium
klorida, natrium sitrat, kalium klorida, dan glukosa.18
IV. RINGKASAN
Larutan
rehidrasi oral digunakan untuk penggantian oral elektrolit dan cairan pada
pasien dengan dehidrasi. Dosis larutan rehidrasi oral harus disesuaikan dengan
individu berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan kondisi.
Pada
Demam berdarah dengue, terbentuk kompleks antibodi dalam sirkulasi darah,
terjadi pengaktifan sistem komplemen dan dilepaskannya anvilaktokain C3a, dan
C5a, melepaskan histamin yang bersifat vasoaktif, permeabilitas dinding
pembuluh darah yang menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Larutan
Rehidrasi Oral : Natrium 75 mmol/L, klorida 65 mmol/L, glukosa anhidrat 75
mmol/L, kalium 20 mmol/L, dan sitrat 10
mmol/L = 245 mmol/L. Larutan rehidrasi oral seperti jus buah bisa diberikan
untuk mencegah ketidakseimbangan elektrolit.
Adanya
muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian ORS, kecuali jika ada obstruksi
usus, ileus, atau kondisi abdomen akut, maka rehidrasi secara intravena menjadi
alternatif pilihan.
Secara
umum, pemberian ORS sejumlah 5 mL setiap menit dapat ditoleransi dengan baik.
Jika muntah tetap terjadi, ORS dengan NGT (nasogastric
tube) atau NaCl 0,9% 20-30 mL/kgBB selama 1-2 jam dapat diberikan untuk
mencapai kondisi rehidrasi.
0 komentar:
Posting Komentar